Macam-Macam Konflik Berdasarkan Bentuk
Konflik sudah menjadi
bagian dari kehidupan manusia. Ketika orang memperebutkan sebuah area, mereka
tidak hanya memperebutkan sebidang tanah saja, namun juga sumber daya alam
seperti air dan hutan yang terkandung didalamnya. Uperti (2006) menjelaskan
bahwa umumnya orang berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya alam karena
empat alasan utama. Pertama, karena sumber daya alam merupakan “interconnected
space” yang memungkinkan perilaku seseorang mampu mempengaruhi orang lain.
Konflik merupakan kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan
sering bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tuuanmasyarakat tidak sejalan,
berbagai perbedaan pendapat dan konflik biasanya bisa di selesaikan tanpa
kekerasan dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar
atau semua pihak yang terlibat (Fisher, 2001).
Dalam setiap kelompok sosial selalu ada benih-benih
pertentangan antara individu dan individu, kelompok dan kelompok, individu atau
kelompok dengan pemerintah. Pertentangan ni biasanya berbentuk non fisik.
Tetapi dapat berkembang menjadi benturan fisik kekerasan dan tidak berbentuk
kekerasan. Konflik berasal dari kaa kerja latin yaitu configure yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan atau membuatnya tidak berdaya. Lewis A. Coser (dalam
Ahmadi, 2009: 281) berpendapat bahwa konflik adalah sebuah perjuangan mengenai
nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan dan sumber daya yang bersifat
langkah dengan maskud menetralkan, mencederai atau melenyapkan lawan.
Menurut Lewis A. Coser dalam Ahmadi (2009: 293)
dilihat dari segi bentuknya, konflik sosial mempunyai 2 bentuk, antara lain sebagai berikut:
- Konflik yang realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutan-tunutan maupun perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan sosial.
- Konflik non-realistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang antagonis (bertentangan, berlawanan), tetapi dari kebutuhan unuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Dalam masyarakat tradisional pembalasan dendam lewat ilmu ghaib merupakan bentuk konflik non-realistis.
Lebih
lanjut Coser menyatakan bahwa dalam satu situasi bisa terdapat elemen konflik
realistis dengan non-realistis. Pemogokan melawan majikan, misalnya dapat
berupa sikap atau sifat permusuhan dan perlawanan yang timbul tidak hanya
sebagai akibat dari ketegangan hubungan antara buruh dan majikan. Sifat dan
sikap bisa jadi juga timbul karena ketidakmampuan menghilangkan rasa permusuhan
terhadap figure-figur yang berkuasa. Misalnya fugur ayah yang sangat otoriter.
Dengan demikian energy-energi agresif mungkin terakumulasi dalam proses-proses
interaksi lain sebelum ketegangan dalam situasi konflik di redakan.
Menurut Ahmadi (2009: 295) dilihat
dari segi bentuknya, konflik sosial mempunyai beberapa bentuk, antara lain
sebagai berikut:
- Konflik Pribadi, yaitu pertentangan yang terjadi secara perseorangan seperti pertentangan antara dua orang teman, suami-istri, pedagang dan pembeli, atasan dan bawahan dan sebagainya.
- Konflik kelompok, yaitu pertentangan yang terjadi secara kelompok seperti pertentangan antara dua kelompok belajar yang berbeda sekolah, antara kedua kesebelasan sepak bola dan lain-lain.
- Konflik antar kelas sosial yaitu pertentangan yang terjadi antara kelas sosial yang berbeda, seperti anak kelas orang kaya dengan kelas orang miskin dan lain-lain.
- Konflik rasial adalah pertentangan yang terjadi antar ras, seperti pertentangan antara ras kulit hitam dan kulit putih.
- Konflik politik, yaitu pertetangan yang terjadi dalam masyarakat karena perbedaan paham dan aliran politik yang dianut seperti pertentangan antara masyarakat penjajah dan yang dijajah, antara golongan politik dan sebagainya.
- Konflik budaya, yaitu pertentangan yang terjadi didalam masyarakat akibat perbedaan budaya seperti pertentangan antara budaya timur dan budaya barat.
TTS
SUMBER :
1. Mustamin.
2016. Studi Konflik Sosial Di Desa Bugis dan Parangina kecamatan Sape kabupaten
Bma Tahun 2014. Jurnal Ilmiah Mandala Education. Vol 2 No 2 (187-188)
Komentar
Posting Komentar